Jumat, 13 November 2009

PEMULUTAN

Pemulutan merupakan desa yang teletak diantara kota indralaya dan kota madya Palembang, pada dasarnya sih pemulutan daera yang dipenuhi rawa-rawa, hal itu menyebabkan pemulutan rawan banjir, tapi entah kenapa sejak saya lahir sampai sekarang, rumah saya tidak perna kemasukan air(mungkin takut air nya masuk hehehee), karna rumah2 disana biasanya memakai rumah panggung, atau rumah bertingkat yang penopang nya memakai kayu2 yang banyak, biasa nya sih makai kayu jati. ini yang membuat kelangsungan hidup disana berjalan terus hingga sekarang.

masyarakat nya sebagian besar hidup tepi2 sungai ogan yang memanjang dari hulu sampe kehilir, ada juga yang tingal di tepi sungai kedukan bujang,,, dan dengan sebagia wilayah yang di selumuti rawa2, masyarakat nya hidup dengan bertaman(bersawah) padi, tapi engak sebagian besar bersawa pada umum nya yang di jawa bisa 3x panen, di pemulutan hal itu tak mungkin terjadi, karna stuktur tanah dan wilayah yang diselimuti rawa2.hal itu tak mungkin terjadi. masyarakat disini harus menunggu satu tahun sekali untuk untuk bisa bertaman lagi, biasa nya pada sekitaran bulan juni sampe september akhir. ada juga yang hidup melalui mencari ikan di sungai, berkerambah(memelihara ikan), berternak ayam, dan ada juga yang merantau berkerja di sekayu, buat menebang pohon. atau biasa nya menjaga kebun sawit.

Hal ini yang membuat saya bangga dengan tempat kelahiran ku, bisa kubanding kan selama aku merantau kebeberapa tempat, apalagi saya sekarang sedang kuliah dikota besar, mereka kekurangan lahan perkerjaan, mereka kehilagan tempat untuk bisa berkebun, bersawah,,, di kota2 besar ini lah kehidupan mereka yang terus dihimpit masalah ekonomi, wajar saja kalo penganguran terus bertambah, atau masalah perampokan, peculikan, atau banyak lagi yang membuat kita takut buat keluar dari rumah. disini, mereka tahan buat ngelihatin ayam berjam jam, pas abang saya pergi kuliah dia liahat tetanga ngelihati ayam, pulang nya ngelihati ayam, pas cari makan, mereka masih ngelihatin ayam, pas mau pulang dari makan, masih ngelihati ayam nya, aduh… keterlaluan banget kan, masak satu harian bisa tahan ngelihatin ayam, dan itu terus berulang2 sampe sekarang(kalo mau lihat datang ja ke kosan), jika dibandingkan dg penduduk di tempat saya aduh jauh bener, rawa2 aja bisa dibuat kebun.

tapi bagai mana pun, kehidupan terus berjalan, gak tau siang malam, kita terus mencari uang buat makan, itulah aku salut dg pemulutan, tapi mungkin pemulutan ketingalan jauh dari daera2 lain nya yang ada di sumsel, tapi aku bertekat, buat memajukan daerah dulu. tapi setelah kuliah nya kelar, hehehehe…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar